4/15/2023

Emansipasi wanita dan kesetaraan gender : Apa yang mereka ributkan? dan apa yang mereka perjuangkan?

image by hidayatullah.com
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kita seakan bisa mengenal dunia luas hanya dengan membuka genggaman telapak tangan saja. Membaca setiap argumen dan pendapat tanpa mempertimbangkan kebenarannya, itu yang biasa kita lakukan. Membuat setiap masalah dan kenyataan mempunyai pengertian yang berangkat dari teori dan persepsi masing-masing pembaca.

Kemajuan teknologi mungkin bukan masalah jika kita bisa menempatkannya pada tempatnya. Atau dengan kata lain kita bisa bijak memilih yang baik dan meninggalkan apa yang seharusnya di tinggalkan. Begitu banyak informasi dan cakap ilmu pengetahuan seakan membuat seseorang lupa akan jati diri yang secara kodrati mempunyai batasan yang sepatutnya di jaga. Bukan malah mencari alasan dan argumen untuk membenarkan perbuatan yang sebenarnya melanggar batasan dan norma.

Ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh seakan memberi teori dan penjelasan bahwa batasan yang selama ini mengatur manusia seharusnya di hapuskan karna tidak sesuai dengan peradaban dan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin berkembang. Kemudian batasan itu di anggap tidak relevan untuk terus di tetapkan sebagai sebuah aturan baku manusia. Dan terus saja didengungkan dengan berbagai alasan yang dianggap sebagai acuan yang logis.

Diluar sana, lihat bagaimana mana manusia membenarkan perkawinan sesama gender yang hanya berdasarkan hasrat pembangkangan yang berlebel hak asasi manusia? Di luar sana, lihat bagaimana manusia membenarkan mencaci maki dan menyerang identitas manusia lain hanya karna berbeda persepsi dalam memandang sebuah masalah lagi-lagi dengan alasan hak bebas berpendapat?

Sebuah kampanye hak yang di kemas dengan bingkai emansipasi wanita diteriakan kemana-mana, menuntut semua alam semesta harus bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi terhadap kaum perempuan. Tak ubah seorang manusia yang menuntut tuhan kenapa menciptakan dirinya sebagai seorang perempuan, dan semua harus bertanggung jawab. Membuka mulut dan berkoar kemana-mana ini “hak kami”, “ini hak kami”. Seakan lupa akan adab dan adat.

Di zaman sekarang jika memang benar emansipasi wanita bertujuan untuk memperjuangkan pendidikan dan hak hukum secara adil antara laki-laki dan perempuan selesaikan secara bijaksana dan tentunya harus mengikuti aturan norma yang ada. Saat ini pendidikan bagi perempuan bukanlah hal yang dilarang bukan? Lalu kenapa harus dipersoalkan? Hak hukum secara adil antara laki-laki dan perempuan? Bukankah adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, begitu juga dengan hak hukum perempuan tentu di sesuaikan dengan kodrati perempuan itu sendiri agar mencapai adil? Karena sampai kapanpun laki-laki dan perempuan tak akan pernah sama secara kodrati maupun fungsinya. Bukankah ini sudah menjadi ketetapan sang pencipta? Lalu kenapa kita coba merubah? Dengan mencari beribu alasan dan jalan untuk menyuarakan kesetaraan gender.

Seiring perkembangan teknologi teriakan kesetaraan gender di kampanyekan dimana-mana, perempuan-perempuan yang berpikiran sempit ikut-ikutan menyuarakan dan mendukung hasrat pembangkangan ini dengan label hak sebagai manusia, yang mempunyai status hak yang sama. Dengan kata lain tak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara hukum dan kewajiban bukankah ini bencana? Manusia yang lupa akan kodratnya masing-masing?

Apa yang sebenarnya mereka perjuangkan? Apa yang sebenarnya mereka ributkan? Emansipasi seperti apa yang mereka merasa begitu dirugikan haknya sebagai perempuan?
Pelecehan seksual terhadap perempuan? Apa hubungannya dengan kesamaan dan kesetaraan gender? Lalu apa yang sebenarnya mereka perjuangkan?

Dianalogikan secara sederhana seperti sendok dan garpu, jika sendok dan garpu digunakan untuk fungsi yang sama, atau berbalikan tanggungjawab, maka gagallah mereka dalam bentuk maupun fungsinya masing-masing? Keduanya membatasi peranannya, agar maksimal di fungsinya atau kewajibannya masing-masing.

Sebagai makhluk alangkah bijaksananya jika kita menerima apa yang sudah menjadi ketetapan tuhan. Tuhan tentu memiliki maksud lain yang tak semuanya bisa dicerna dan dijelaskan berdasarkan akal pikiran manusia yang sempit. Termasuk alasan kenapa perempuan yang harus melahirkan? Atau laki-laki yang lebih diutamakan menjadi pemimpin, dan segudang teka-teki kejadian yang tak akan pernah bisa diterima dengan akal sehat manusia. Jelas ini jalan yang paling selamat bukan? Dengan memposisikan diri sesuai dengan kodratnya masing-masing.

Dan yang tak kalah pentingnya ialah memahami terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan dari seruan yang begitu kuat di dengungkan kemana-mana, seakan-akan kaum laki-laki menepatkan kaum perempuan di tempat yang begitu hina. Sehingga hak dan kewajibannya harus mendapat perhatian dan pertanggungjawaban dari semua pihak.

No comments:

Post a Comment