calon penerus bangsa Indonesia via google.com |
Sekali lagi kami tak pernah menyalahkan pihak manapun, tapi kami juga tidak bisa berbohong jika mimpi ini begitu sulit untuk di bangun di negara ini. Baik, jika ada yang berkata semua itu konsekuen sang pembangun mimpi untuk mewujudkannya. Tidak salah. memang kami yang seharusnya merasakan hal itu. Merasakan perihnya derita besarnya ombak yang datang di kala mimpi itu akan di wujudkan. Dan kami juga yang akan menerima hasil dari jeri payah mimpi kami.
Tapi apakah mungkin negara mau berbaik hati ini mempermudah mimpi kami. Kami hanya perlu potongan kayu yang kemudian akan kami ubah menjadi tangga untuk membangun mimpi kami. Elokkah jika hanya mereka yang mempunyai rezeki lebih yang dapat membeli potongan kayu dan kemudian di ubah menjadi sebuah tangga untuk membangun mimpi mereka.
Begitu mahal pendidikan di negeri ini bagi kami yang mempunyai berjuta gunung mimpi. Memang benar jika buah dari mimpi kami akan kami rasakan sendiri. Tapi, bukankah dampak nya juga akan di rasakan bagi seluruh penghuni negara ini. Jika seluruh anak manusia di seluruh nusantara yang mempunyai keterbatasan biaya dapat mewujudkan mimpinya.
Negara berhak berteriak dan menyuarakan mereka telah membuat sebuah sistem yang mana mereka mengklaim jika mereka telah membangun kegiatan untuk penyekolahan manusia tak mampu di negara ini. Tidak salah jika negara mempunyai mulut untuk meneriakan hal itu. Tapi apakah negara tak mempunyai mata untuk benar benar melihat berjuta generasi muda yang katanya generasi penerus bangsa ini mengeluh begitu mahalnya pendidikan di negeri ini.
Apakah negara tak mempunyai mata untuk melihat generasi mudah menjilat lipatan seonggok tumpukan sampah di perempatan pasar? Kami sangat menghargai jeri payah negara berusaha menyediakan sistem beasiswa yang negara anggap sangat tepat sasaran. Sekali-kali tidak, negara hanya bisa menerima laporan si Udin tanpa mau melihat apakah benar si Cecep yang miskin ini benar benar menerima sistem yang negara terapkan.
Kami malu, memajang mimpi yang begitu besar, sedangkan biaya sekolah saja terbentur dengan masalah perut kami. Kami malu dan geram ketika gerasi muda di negara lain megitu ringan melangkah di atas panggung memamerkan mimpi mereka. Sungguh kami iri dengan mereka. Kami mohon jangan hanya berdasar laporan saja, pergi dan lihatlah ke bawah.
Sungguh kami tak mau jadi pembunuh bangsa kami sendiri, kami tak mau menipu bangsa kami sendiri. Kami mohon perhatikanlah kami yang jauh di bawah, bukan kami yang hanya berasal dari laporan kertas masyarakat tak mampu yang kau terima. Namun jauh dari itu.
No comments:
Post a Comment