4/15/2023

Satu hari untuk selamanya

Satu hari untuk selamanya
Bersabarlah ini takkan berlangsung lama. Baiklah ceritanya begini. Siang itu aku masih sibuk dengan semua pekerjaan yang sejak tadi belum juga usai, belum lagi isi perut tak mau sekali diajak santai. Sejenak aku terdiam, handphone ku berdering, sebuah pesan masuk, "kita pergi jam berapa?". Hari ini aku punya janji untuk pulang ke kampung dengan teman yang belum lama kukenal. Sedikit canggung, dia wanita, ini kali pertama kami jalan berdua, dengan tujuan yang belum pernah ia tuju sebelumnya. Yaitu kampung halamanku, ia penasaran akan gambar gambar senja yang sering aku jadikan story WhatsApp.

Kubalas singkat, serta memberi alamat pertemuan kami sebelum berangkat menuju desa tempatku tinggal. Segera kuselesailan semua pekerjaan harianku, membersihkan rumah orang yang telah berbaik hati memberikanku tumpangan selama aku berkuliah. Setelah selesai, aku seharuanya tenang. Tapi malah sebaliknya, perasaan gusar datang. Takut dia akan merasa tak nyaman. Ah sudahlah. Kami akhirnya bertemu di tempat yang telah kami sepakati.

Kali ini aku yang jadi juru perjalanan, aku akan berusaha agar tak membuatnya kecewa, aku mencoba bersikap tenang, ini hal kecil yang bisa aku lalui dengan santai, percayalah. Haha.

Waktu menunjukkan pukul 15.42, tanpa banyak basa basi kami melaju menuju tempat tujuan. Di tengah perjalanan ke rumah, langit terlihat merah, angin lembut menerpa kami sepanjang perjalanan, menyenangkan bagiku dan berharap begitu juga baginya.

Sepanjang perjalanan, aku coba bercerita tentang kisah kisah kecil potongan jalan sepengetahuan ku, dia merespon baik, terlihat dia menikmati perjalanan. Semoga saja begitu.

Sekitar setengah jam perjalanan, kami tiba di persimpangan, dia bercerita minggu lalu dia pernah kesini untuk mengahadiri undangan anak teman ibunya yang berulang tahun. Aku merespon.

Laju motor kami melaju perlahan, untuk menghindari jalan yang belum setengah pengerjaannya, senja semakin merah menambah hasrat sukaku terhadap suasana sore. Entah kenapa aku begitu senang ketika senja datang. Dan kebiasaan ini sering aku tularkan kesemua teman temanku.

Kami akhirnya sampai. Di tepi persingahan kapal motor nelayan, kami disambut palang semen steher labuhan kapal, matahari mulai tergelincir, angin bertiup dari arah barat tempat kami berdiri, lambaian daun kelapa dan deru ombak seakan merayakan kedatangan kami berdua. Menambah kesan indah. Aku biarkan dia terhanyut dengan hasratnya.

Aku memilih mengambil jarak agak mundur kebelakang, aku mencoba memberinya ruang. Setidaknya, aku telah lunas membayar keinginannya.

Setelah beberapa saat, aku berniat membawanya ke titik ujung mulut sungai kapuas yang jaraknya sekitar 30menit perjalanan dari desaku, berharap ini akan menjadi pengingat di masa yang akan datang. Awalnya aku ragu dan hari akan segera gelap, aku gagap. Dia hanya mengiyakan ajakkanku, tanpa pikir panjang, kami lansung menuju ke lokasi.

Namun, semua tak sesuai rencana, kami tiba setelah hari sudah gelap, dia lalu mengisyaratkan untuk putar arah, "sudahlah, masih ada hari lain".

Haa, sial, semoga ini tak menjadi penyesalnannya, kenapa aku harus terburu-buru, kenapa tak kubiarkan saja dia menikmati titik senja hingga habis dimuara tadi.

Kami berdua akhirnya memutuskan untuk pulang, semoga ini tak akan menjadi kesan buruk dan membuatnya kecewa, mudah mudahan saja hari lain itu ada, dan tidak menjadi hari terkhir.

Kami akhirnya sampai di titik pertama bertemu, dan kemudian berpisah, berharap hal tadi tak membuatnya menyesal, satu hari untuk selamanya, hari lain itu kemungkinan, kemungkinan bisa saja tak akan pernah terjadi. Sungguh aku berharap hari itu tetap akan ada.

Terima kasih telah percaya, dan mau ikut bersamaku.

No comments:

Post a Comment