4/15/2023

Matahari pagi, temu kedua

Matahari Pagi
Malam belum begitu larut, hari baru saja menunjukan pukul 08.15 malam. Malam ini aku memutuskan untuk menemui teman lamaku yang baru saja bekerja di sebuah coffee shop yang belum lama buka. Kami satu kampung, ini kali kedua aku mengunjunginya terhitung sejak beberapa minggu terakhir. Setelah tiba di tempat tujuan walaupun tak bertutur bicara secara langsung tapi yang jelas aku tau keadaannya baik baik saja. 

Aku duduk diantara kerumunan orang yang sibuk menghabiskan waktu malam hanya dengan duduk dan tertawa yang tak tau untuk apa, sama seperti di warung kopi lain pada umumnya, Jujur aku tak begitu suka dengan ritual ini. Di saat yang sama kadang timbul pertanyaan, apa yang membuat mereka betah berlama lama duduk bercerita, tertawa menghabiskan segelas kopi hingga larut malam. Dan kadang ada yang hampir setiap malam keluar hanya sekedar ngopi dan tertawa hingga malam habis. Jawabnya entahlah. Malam benar benar larut sekarang. Aku harus pulang.

Di saat perjalanan menuju pulang, aku memilih jalan yang tidak biasanya aku lalui, agak sedikit memutar, berharap ada yang bisa aku jadikan bahan merenung di kamar nanti. hehe. Pernah ditengah tengah lamunan terlintas begitu saja apa yang sebenarnya baik untuk dilakukan namun sulit untuk di realisasikan, rasa ingin berbuat hal yang sebenarnya baik, namun kalah akan sifat malas, entah faktor apa yang berpengaruh besar. 

Jika dingat kembali, jika memang niatku ingin menemui teman lamaku yang baru saja diterima berkerja untuk apa aku harus berlama-lama memperhatikan orang-orang yang hanya menghabiskan waktu di sebuah kedai kopi dengan segelas kopi hingga larut malam. Dan jelas ini hanya sebuah kritik dan jauh dari kata penyesalan.

Diperjalanan pulang, aku tak menemui apa-apa yang setidaknya bisa membuat aku bertanya-tanya. Sesampainya dirumah yang notabenenya sebuah sekreariat parpol, aku langsung rebahan, sesekali memperhatikan layar laptop yang agak sulit dicerna mata karena pixel-pixel warna monitornya yang rusak. Tiba tiba saja mataku tertuju ke sebuah story yang baru saja di buat oleh wanita yang dulu pernah menjadi 'matahari pagi'.

'Ngapain disitu?' tanyaku mengomentari story yang baru beberapa menit dia buat
'Liat temen latihan, kanapa?' jawabnya datar
'Ikut' tanyaku lagi.
'sinirahh' Jawabnya lagi (plesetan dari kata sinilah)

Aku yang semula baru saja memadang keluar malam dengan niat hanya untuk ngopi merupakan sikap yang menghabis-habiskan waktu saja, kini dengan semangat mengenakan baju yang baru saja aku lepaskan dan bergegas pergi untuk menemui 'matahari pagi'. Aku tiba-tiba saja hilang akal, hasratku untuk menemuinya begitu tinggi. Hanya butuh waktu beberapa menit, mengingat jarak yang tidak begitu jauh kini aku tepat berada ditempat lokasi latihan temannya. 

Dari kejauhan ia terlihat berdiri, sambil tersenyum menghampiriku, dengan sapaan basa basi sambil menanyakan kabarnya. Dia menjawab, dan mempersilakanku untuk bergabung dengan teman-temannya.

Kini ia disampingku, kami berbincang ditengah larutnya malam, ceritannya begitu hangat. Tatapnya masih sama seperti dulu, masih seperti matahari pagi.
Namun, disisi lain aku tau ini tak akan lama, karena waktu dan perasaan tak lagi sama. Hasrat ingin menerawang masa lalu dengan memperhatikanmu malam ini. Dan tetap saja, bagiku kau adalah matahari pagi, hanya bisa aku pandangi, rasakan hangatnya tanpa pernah bisa aku miliki sepenuhnya.


Entah berapa lama waktu kita lewati berdua, sampai akhirnya kita harus bepisah. Anganku akan berakhir sebentar lagi, aku tau itu. Senyuman itu akan menjadi yang terakhir malam ini tanpa harus kita jelaskan. Dan aku mengerti itu. 

"Hati hati dijalan". Itu yang terakhir kudengar. Semoga, dan semoga ini tak menjadi penunda kebahagian yang aku harapkan, untukku pribadi dan bisa jadi untukmu juga, walaupun seterusnya kau tak lagi terlihat dikelopak mataku.

Doaku selanjutnya, semoga hari-harimu seterusnya menyenangkan sama seperti isi kepalaku ketika mengingatmu. Semoga.

No comments:

Post a Comment