pecah dan kemudian lumpuh via wallpapercave.com |
Jauh sebelum mimpi ini di rancang sang pemilik mimpi dan harapan begitu bersemangat. Bersemangat menyaksikan hari demi hari berharap mimpi dan harapannya tercapai. Semua usaha dan upaya di kerahkan berharap mimpin dan harapannya berdiri kokoh selaras dengan kesombongan masa muda yang terus menyelimuti hari harinya.
Masukan dan nasehat yang datang tentang mimpinya tak akan begitu saja dia terima. Bahkan tak jarang sang pemilik mimpi beranggapan, mereka yang datang hanya orang orang yang punya tujuan merusak mimpi dan harapan yang dia bangun. Bagaimana mungkin? Terang saja, baginya meraka yang datang adalah orang-orang yang meragukan mimpi dan harapan yang dia bangun.
Kembali ke kisah, setiap pagi dan petang di beranda rumah dia agungkan mimpi dan harapan itu. Seakan akan dia berkata ‘Aku memiliki mimpi yang besar. Aku memiliki Harapan yang luas’. Kau keliru wahai pelukis mimpi. Bagaimana mungkin dia bisa sesombong itu?
Setiap langkah yang tertapak, setiap napas yang ia usahakan tak akan pernah lepas dari upaya untuk mewujudkan sosok mimpi yang ia agung agungkan, Sang pemimpi sangat paham apa yang sedang ia lewati, ia sangat mengerti bagaimana memanfaatkan waktu untuk membangun mimpi. Hari-hari yang berlalu tak akan berlalu tanpa mata terpejam dan membayangkan betapa besarnya mimpi itu.
Dipelupuk matanya tak akan pernah terlepas dari bayang bayang mimpinya yang harapannya yang luas. Sungguh, amat rapih mimpi itu terancang, amat luas harapan itu terbentuk. Dia akan tertawa lepas jika ada di antara sahabatnya bercerita tentang begitu menakjubkan mimpi yang ia bangun.
Masalah, halangan dan besarnya gelombang pembunuh mimpi tak juga lepas dari perhitungan detail yang akan sewaktu waktu ia hadapi. Dia sudah mempersiapkan semua hal itu, mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu hal yang tidak memungkinkan terjadi.
Baca Juga : Kepribadian!
Namun, sang pemimpi lupa satu hal penting, satu hal yang bisa saja jadi bumerang kehancuran mimpi dan harapan itu sendiri. Tetap saja, sebaik-baiknya manusia berencana tetap saja Tuhan yang mentukan. Bagaimana mungkin ia lupa?
Sampai satu ketika, mimpi buruk itu datang. Hari yang tak pernah ia bayangkan tiba. Mimpi yang ia idam-idamkan hancur seketika, lumpuh dan hilang tanpa menyisakan puing-puing yang bisa di bangun. Dia lupa akan peran waktu dalam membangun sebuah rencana, ia sering kali mengabaikan waktu yang seharusnya menjadi point terpenting di perhatikan.
Jelas, setiap waktu dan kesempatan harus tetap di perhatikan untuk mewujudkan bangunan kokoh bernama mimpi. Pelajaran terpenting dalam kisah ini, jangan pernah menyia-nyiakan waktu dan menganggapnya hal yang sepele. Bagaimana mungkin sang pemimpi bisa melupakan rencana yang harus di bangun ketika waktunya telah tiba? Sumpah serapah tidak akan berguna lagi. Jelas mimpi dan mimpi telah menjadi puing puing yang tak berguna lagi. Sudah tidak mungkin menjalan kan rencana yang seharusnya di bangun ketika waktunya telah tiba.
Sudah tidak mungkin rencana yang besar itu di bangun. Sudah tidak mungkin mimpi dan harapan itu di bangun di kala usia telah menua, ketika kesempatan itu sudah berlalu. Kini, sang pemimpi cuma bisa meratapi nasib, dan tak berdaya. Mimpinya lumpuh.
Mungkin saja sang pelukis mimpi menengadahkan tangan dan berharap waktu itu kembali dan berulang. Namun itu mustahil. Semua telah berakhir. Jangan mengeluh sang pemimpi. Cukup ini akan menjadi cerita yang akan kau cerita ke kepada pelukis mumpi yang lain untuk tidak mengabaikan waktu dan kesempatan yang datang.
Yang paling mungkin di lakukan saat ini adalah memanfaatkan waktu yang tersisa. Membangun harapan baru mungkin saja dilakukan. Namun takkan pernah sama ketika kau berada di titik awal sebelum mimpi dan harapan itu di bangun.
Jelas, setiap waktu dan kesempatan harus tetap di perhatikan untuk mewujudkan bangunan kokoh bernama mimpi. Pelajaran terpenting dalam kisah ini, jangan pernah menyia-nyiakan waktu dan menganggapnya hal yang sepele. Bagaimana mungkin sang pemimpi bisa melupakan rencana yang harus di bangun ketika waktunya telah tiba? Sumpah serapah tidak akan berguna lagi. Jelas mimpi dan mimpi telah menjadi puing puing yang tak berguna lagi. Sudah tidak mungkin menjalan kan rencana yang seharusnya di bangun ketika waktunya telah tiba.
Sudah tidak mungkin rencana yang besar itu di bangun. Sudah tidak mungkin mimpi dan harapan itu di bangun di kala usia telah menua, ketika kesempatan itu sudah berlalu. Kini, sang pemimpi cuma bisa meratapi nasib, dan tak berdaya. Mimpinya lumpuh.
Mungkin saja sang pelukis mimpi menengadahkan tangan dan berharap waktu itu kembali dan berulang. Namun itu mustahil. Semua telah berakhir. Jangan mengeluh sang pemimpi. Cukup ini akan menjadi cerita yang akan kau cerita ke kepada pelukis mumpi yang lain untuk tidak mengabaikan waktu dan kesempatan yang datang.
Yang paling mungkin di lakukan saat ini adalah memanfaatkan waktu yang tersisa. Membangun harapan baru mungkin saja dilakukan. Namun takkan pernah sama ketika kau berada di titik awal sebelum mimpi dan harapan itu di bangun.
No comments:
Post a Comment