1/15/2022

Kondisi Sosial Masyarakat di Berbagai Daerah Sejak Reformasi

Kerusuhan Mei '98 Iamge by Google.com
Tuntutan Reformasi menghendaki adanya perubahan si segala bidang yang lebih baik. Namun, arti kata reformasi telah di salahgunakan oleh para elit politik untuk kepentingan golongan dan kelompoknya. Di era Reformasi, konflik yang terjadi di masyarakat makin mudah terjadi dan lebih sering bersifat etnis kedaerahan di berbagai daerah. Kondisi sosia; masyarakat yang kacau akibat lemahnya hukum dan perekonomian yang tidak sengaja kunjung membaik menyebabkan sering terjadi gesekan-gesekan dalam masyarakat.

Berikut beberapa konflik sosial yang terjadi di berbagai wilayah pada era Reformasi.

1. Kalimantan Barat

Konflik sosial yang terjadi di Kalimantan Barat melibatkan Etnik Melayu, Dayak, dan Madura. Konflikini terjadi pada tahun 1999. Adanya konflik tersebut menyebabkan ketegangan antarmasyarak di Kalimantan Barat. Suasana pada waktu itu begitu mencekam sehingga menyebabkan roda perekonomian di Kalimantan Barat mengalami kelumpuhan. Banyak masyarakat merasa takut bekerja karena takut akan keselamatan mereka. Pemerintah bergerak cepat dengan segera menerjunkan pasukan TNI dan Polri di lokasi konflik. Selain itu, pemerintah juga berusaha mendamaikan kedua kelompok etnis yang bertikai tersebut dengan mengadakan pertemuan antartokoh masyarakat dikedua belah pihak serta membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Kalimantan Barat. Dengan adanya wadah tersebut, konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat dapat mereda.


2. Kalimantan Tengah

Konflik sosial yang terjadi di Kalimantan Tengah terjadi pada tahun 2001. Konflik tersebut melibatkan Etnis Madura dan Dayak. Konflik itu berawal dari pertikaian perorangan yang berbeda etnis di Sampit, Kalimantan Tengah. Selanjutnya, isu itu berkembang dengan liarnya sehingga terjadi ketegangan antara etnis Madura dan Dayak. Konflik meluas hingga menjalar ke seluruh Kalimantan Tengah. Pemerintah berusaha meredakan konflik di Kalimantan Tengah dengan berusaha memulangkan sebagian etnis Madura ke kampung halamannya. Akan tetapi, hal ini ternyata menimbulkan masalah di kemudian hari. Kondisi pulau Madura yang kurang menguntungkan ternyata menolak para pengungsi tersebut. Sampai sekarang pengungsi Sampit masih menjadi kendala bagi pemerintah.

3. Sulawesi Tengah

Konflik antaretnis di Sulawesi Tengah terjadi pada akhir tahun 1998. Konflik ini terjadi antara agama Islam dan Kristen. Konflik bermula dari seorang warga yang beragama Islam dengan seseorang beragama Kristen. Entah itu isu apa yang berkembang di masyarakat, perkelahian dua orang itu berkembang menjadi konflik antaragama di Poso, Sulawesi Tengah. Pemerintah menerjunkan TNI dan aparat Kepolisian untuk menjaga stabilitas keamanan di Sulawesi Tengah. 

Pemerintah berusaha mendamaikan kedua kubu yang bertikai dengan cara mengadakan musyawarah antara kedua belah pihak. Salah satu contohnya, pemerintah mengadakan pertemuan Malino pada tanggal 19-20 Desember 2001. Dengan adanya pertemuan tersebut, berangsur angsur konflik di Sulawesi Tengah dapat mereda.


4. Maluku

Konflik sosial yang dipicu oleh konflik agama juga terjadi di Maluku. Konflik tersebut terjadi pada tahun 1999. Kejadian berawal dari bentrokan antarwarga di Ambon. Namun seperti kebanyakan konflik di Indonesia, tanpa tahu isu apa yang beredar terjadilah ketegangan antarwarga. Selanjutnya Konflik meluas menjadi konflik antaragama. Terjadi ketegangan antara agama Islam dengan Kristen. Pemerintah berhasil meredakan konflik tersebut. Namun, anehnya konflik yang semula merupakan konflik antaragama berubah menjadi gerakan saparatis. 

Pada tanggal 25 April 2002, sebagian rakyat Maluku membentuk Front Kedaulatan Maluku dan membentuk Republik Maluku Selatan (RMS). Gerakan tersebut bertujuan untuk melepaskan Maluku daru NKRI. Republik Maluku Selatan (RMS) berusaha melakukan penyerangan-penyerangan terhadap aparat keamanan yang berada di Maluku. Pemerintahan berusaha meredam gerakan saparatis tersebut dengan mengadakan pertemuan di antara kedua belah pihak. Meskipun gerakan saparatis RMS belum dapat teratasi dengan tuntas, tetapi secara umum gerakan tersebut sudah mampu diredam pemerintah.

Baca Juga : Pengertian Reformasi dan Pertama Kali Istilah Reformasi digunakan

Terjadinya konflik di atas, mengindentifikasikan masih adanya praktik kekerasan di Indonesia. Terjadi kesalahpahaman antarwarga masyarakat Indonesia yang dipicu adanya kepentingan golongan. Kinerja TNI dan aparat Kepolisian yang diharapakan mampu meredam aksi-aksi tersebut belum sepenuhnya berhasil. 

Masih banyak terjadi aksi kekerasan yang melibatkan dua kubu masyarakat. Masyarakat seolah-oleh mudah terpancing atas isu-isu yang diembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Rakyat seharusnya lebih jeli dalam merespon isu-isu yang berkembang di masyarakat agar terjadinya konflik dapat diredam.

Sumber: TUNTAS Sejarah IPA XII Semester 1

No comments:

Post a Comment